Sabtu, 16 Juni 2012

Makna Pelestarian Budaya


Makna Pelestarian Budaya
            Berbicara masalah pelestarian apalagi di kaitkan dalam konteks budaya tampaknya telah memunculkan banyak persepsi di kalangan para pakar-pakar kebudayaan. Dengan perkataan lain para pakar kebudayaan banyak memberikan kontribusi menggenai pemaknaan yang memunculkan iklim deskriminatif bahkan kadangkala kontradiktif mengenai pelestarian budaya itu sendiri ( Sudhartha, Ardana, Ardika, Geriya, Sukartha, Medere, 1993 ). Disatu sisi ada yang berpandangan bahwa makna pelestarian kebudayaan itu dapat dilihat dari segi pemaknaan kata dasarnya dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI,1998; 520 ) yaitu berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, kekal. Hal ini menandakan bahwa pelestarian kebudayan itu dimaknai “ menjadikan membiarkan tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaannya semula, mempertahankan kelangsungannya. Dilain sisi menurut M.J Herskovits berpandangan bahwa setiap kebudayaan tumbuh dan berkembang secara dinamis, sehingga berlandaskan akan hal ini beliau berpandangan bahwa pelestarian kebudayaan pada hakekatnya tidaklah menghalang-halangi perubahan termasuk yang di timbulkan oleh penerimaan unsur-unsur kebudayaan luar, apalagi yang diperlukan dalam upaya peningkatan harkat serta kualitas hidup bangsa. Asalkan munculnya perubahan atau unsur-unsur luar itu tidak sampai mengguncangkan atau meruntuhkan kerangka dasar kehidupan budaya yang telah terpelihara ribuan tahun. Kalau di analogikan bahwa kerangka dasar ini ibarat sebuah foundasi rumah, manakala foundasi ini runtuh maka bagimana pun keberadaan rumah tersebut akan ikut runtuh, Maka dari itu dari itu untuk me4ngantisifasi kerapuhan budaya tersebut diupayakan keberadaan keangka dasar yang merupakan basic terbentuknya suatu kebudayaan itu sendiri tidak tersentuh dari perubahan-perubahan yang terjadi.
            Munculnya kontradiksi terhadap pemaknaan pelestarian budaya ini adalah sesuatu yang sangat wajar, bahkan kedua perspektif tersebut dapat dibenarkan keberadaannya. Hal ini dapat disadari bahwa kalau kita berbicara masalah pelestarian dan perubahan bukkanlah sesuatu hal yang berifat mutlak sekali, dalam arti tidak ada suatu kebudayaan pun yang bersifat statis atau tidak mengalami perubahan, di kecualikan pada suatu budaya yang sudah di awetkan atau sudah mati. Kebudayaan apapun bentuknya pasti akan di dalamnya ada suatu unsur yang berubah dari keadaan aslinya, hal ini di picu oleh munculnya perkembangan zaman yang menghampiri setiap kebudayaan itu sendiri. Dan begitu pun sebaliknya jika kebudayaan selalu di hampiri dengan perubahan atau unsur dinamisasi di dalamnya maka hal itu tidaklah dapat di pandang sebagai sebuah pelestarian kebudayaan.
            Mengingat suatu kebudayaan pasti akan mengalami suatu perubahan sebagai akibat perkembangan zaman semakin pesat, maka perlulah dipikirkan mengenai kebudayan itu sendiri, mana yang dari suatu unsur kebudayaan patut dijaga dan dilestarikan atau di pertahankan, dan mana unsur dari kebudayaan dapat mengalami perubahan. Namun terjadinya proses perubahan yang di lakukan terhadap kebudayaan diharapkan tidak sampai dirasakan sekali bagi masyarakat ( Koentjaraningrat, dalam Sudhartha, 1991: 48 ) Yang terpenting dalam perubahan ini, eksistensi pendukung kebudayaan (fundamental budayanya) itu tidak hilang tidak tergoncankan, apabila hal ini hilang maka akan berimpikasi pada kehilangan pula identitas kultural yang menjadi tulang pungggung (Soko guru) keberadaan pendukung budaya tersebut.
            Berlandaskan pada hal diatas maka sangat kelirulah jika kita memandang bahwa nilai-nilai suatu kebudayaan itu tidak dapat disesuaikan dan tidak berubah (Dube, dalam Atal dan Pairis,1980:94). Maka dari itu jangnlah sekali sekali mengartikan bahwa peletarian budaya adalah sebagai upaya mempertahankan budaya, tidak dapat berubah, sesuai dengan keadaan aslinya, tetapi maknailah bahwa pelestarian budaya mencakup hal-hal yang sangat pokok diantaranya sebagai berikut (Sudhartha, Ardana, Ardika, Geriya, Sukartha, Medere, 1993):
  1. Pelestarian budaya lebih di arahkan upaya menjaga semangat atau jiwa kualitas esensi nilai-nilai fundamental Bangsa dari pada wujud fisik/ luar budaya yang lebih terbuka bagi perubahan sesuai selera zaman.
  2. Pelestarian budaya lebih menitik beratkan peningkatan kesadaran akan pentingnya akar budaya yang dapat dipakai sebagai faundasi agar dapat berdiri kokoh serta tegar didalam menghadapi segala bentuk ancaman kebudayaan sebagai akibat dari kemajuan era globalisasi informasi seperti yang terjadi sekarang ini.
  3. Pelestarian kebudayaan pada dasarnya tidaklah menghalang-halangi perubahan (termasuk yang di timbulkkan oleh penerimaan unsur-unsur budaya luar) apalagi yang memang diperlukan  dalam upaya peningkatan harkat serta kualitas hidup bangsa. Namun yang terpenting dalam hal ini perubahan atau unsur-unsur luar itu tidak sampai mengggoncangkan atau meruntuhkan kerangka dasar kehidupan budaya (Supra struktur)
  4. Pelestarian budaya menuntut agar selalu mencari atau mengembangkan upaya agar kita tidak lepas dari  akar budaya kita yang secara dialektis harus diartikan sebagai upaya untuk mendinamisasikan budaya (unsur-unsur budaya) agar mampu tetap seirama dengan derap kehidupan pendukungnya selalu berubah sebagai akibat imbas perubahan zaman. Hal ini di perkuat oleh alasan yang menyatakan bahwa tanpa upaya dinamisasi budaya itu akan cepat dirasakan sangat usang, ketinggalan zaman, atau tidak menjiwai diri pendukungnya yang selalu bersifat dinamis.
e. Piramida Budaya Masyarakat Desa Bayung Gede
            Bali merupakan suatu kawasan yang dihuni oleh masyarakat yang secara historis memiliki persamaan nasib dan latar belakang kebudayaan. Mereka terikat dalam suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang disebut dengan desa adat. Desa adat dipimpin oleh prajuru desa adat. Kepengurusan desa adat yang berlaku dan dilaksanakan oleh masyarakat secara fundamental tidak jauh berbeda dengan desa-desa di daerah lain, namun aspek-aspek dari sistem pelaksanaannya berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari kemajuan masyarakat itu sendiri maupun pengaruh dari dunia luar (pariwisata).
            Tipe pemerintahan desa adat yang berlaku pada masyarakat mengikuti pola "lulu apad" (struktur desa adat) yang didasarkan dari waktu pelaksanaan upacara parebuan (perkawinan). Sistem kepimpinan desa adat bersifat kembar, dimana pimpinan desa adat dipegang oleh dua orang jero kubayan, yaitu Jero Kubayan Mucuk dan Jero Kubayan Nyoman. Kedua orang pemimpin desa adat ini dibantu oleh saih nembelas dalam menjalankan tata kehidupan adat istiadat desa.
            Dilihat dari tata cara pengangkatannya, saih nembelas ini didasarkan pada tegak desa adat (lulu apad). Kriteria penempatan orang atau anggota masyarakat dalam kategori lulu apad ini adalah berdasarkan waktu mereka melaksanakan upacara perebuan (ngaturang bakti ke pura Tri Kahyangan) dan mamitin desa (keluar dari kategori "sebel urip"). Syarat pengangkatan pimpinan desa adat ini memiliki beberapa pengecualian, yaitu walaupun secara tegak desa orang atau anggota masyarakat telah menyandang predikat saih nembelas, bila orang tersebut memiliki cacad fisik maka pengangkatannya akan dibatalkan dan digantikan oleh anggota di urutan berikutnya. Posisi pimpinan desa adat ini secara sosiologis bersifat kolektif. Posisinya sebagai pimpinan desa adat akan digantikan atau diberhentikan apabila anak terkecil sudah menikah atau istrinya meninggal dunia. Sebagai imbalan atas jasa dan jabatannya sebagai prajuru adat, kepada mereka diberikan hak kelola atas tanah laba pura yang diistilahkan dengan "bukti". Bukti ini akan dicabut kembali apabila mereka telah berhenti menjabat sebagai saih nembelas, dan akan diberikan kepada mereka yang menggantikannya.

Minggu, 10 Juni 2012

Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot


                Pura Tanah Lot di Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang populer di  pulau Bali. Ini adalah candi yang indah yang terletak di tengah laut. Lingkungan candi cukup indah dan menarik juga. Salah satu obyek wisata di Provinsi Bali ini yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara adalah Pura Tanah Lot yang secara administratif berada di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, sekitar 13 kilometer arah barat Kabupaten Tabanan atau 30 menit dari Kuta.
Candi ini merupakan tujuan wisata besar, sejauh wisata di Bali yang bersangkutan. Untuk informasi rinci tentang tempat-tempat wisata di Bali, Anda selalu dapat berkonsultasi panduan wisata di Bali. Candi populer disebut Pura Tanah Lot di Bali di Indonesia terletak pada batu besar di tengah laut. Transportasi menuju candi ini cukup canggih dan jaringan. Orang Bali asli orang kerumunan di premis kuil, dalam rangka untuk memberi penghormatan mereka kepada Dewi. Imam utama adalah ada di kuil untuk memperkenalkan Dewi kepada para wisatawan internasional. Secara keseluruhan, itu akan menjadi pengalaman besar bagi Anda untuk mengunjungi kuil dan menikmati ketenangan melingkupi luar sana. Dalam rangka untuk mencapai kuil, Anda perlu untuk naik tangga berbatu. Pemandangan seluruh biasa indah dan menarik juga.                                                                            
             Jadilah itu orang Bali asli turis atau wisatawan dari negara-negara lain di dunia, semua orang menikmati berada di puncak antusiasme mereka. Jadi, jika Anda berada di Pura Tanah Lot di Bali, Anda akan mendapatkan kesempatan langka untuk bertemu orang baru dan mendapatkan diperkenalkan ke mode baru budaya. Jadi, tempat ini menarik disebut Pura Tanah Lot di Bali telah meningkatkan prospek pariwisata Bali. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), biasanya para tamu akan datang pada sore hari untuk melihat melihat keindahan matahari tenggelam. Di tempat ini, dari tempat parkir sampai ke tempat objek wisata/ pura, banyak terdapat art shop yang menawarkan produk kerajinan lokal, banyak kedai miniman dan makanan, juga ada fasilitas kamar kecil / toilet, yang ongkos sewanya tidak seberapa.

3.2 Aturan Kunjungan Daerah Tujuan Wisata
Seluruh pengunjung yang akan berkunjung ke obyek wisata tanah lot,dalam upaya memberikan pelayanan dan kenyamanan kunjungan, sebaiknyadiperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. seluruh pengunjung obyek wisata tanah lot sebelum memasuki kawasanobyek wisata, harap     membeli tiket masuk dan tiket parkir pada pos penjualan tiket (tiket gate) yang sudah ada.
b. bagi para pengunjung harap tetap membawa tiket yang sudah dibeli untuk  pengecekan pada saat memasuki kawasan obyek pada pos checking tiket.
c.  tiket yang sudah dibeli sudah termasuk jaminan asuransi kecelakaan pengunjung dan parkir.
d. seluruh pengunjung tidak diperkenankan masuk ke dalam lingkunganseluruh pura yang ada di seluruh kawasan obyek wisata tanah lot.
e. ketika ada acara ritual keagamaan, seluruh pengunjung diharapkan tertib,mengambil jarak yang cukup dengan acara prosesi dan tidak mengganggu jalannya upacara ritual.
f. kawasan obyek wisata tanah lot adalah kawasan suci, maka seluruh pengunjung diharapkan berpakaian sopan, tidak berkata-kata kasar dantidak melakukan tindakan yang tidak senonoh.
g.kawasan obyek wisata tanah lot merupakan kawasan pantai laut selatan dengan ombak yang cukup besar. Maka para pengunjung harap berhati-hati dan mematuhi tanda-tanda larangan jika bermain di kawasan pantai.
h. kawasan obyek wisata tanah lot adalah merupakan kawasan tertibmembuang sampah.
i. seluruh satwa dan tanaman yang ada di obyek wisata tanah lot dilindungi,seluruh pengunjung diharapkan ikut menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
j. jika butuh bantuan tentang informasi dan lokasi silakan hubungi staf operasional obyek wisata   tanah lot pada tourist information.

3.3 Keistimewaan Daerah Tujuan Wisata Tanah Lot
Dimensi naturalisme mengimajinasikan bahwa eksotisme pantai Lot adalah kekayaan dan panorama yang menggambarkan betapa alam ini penuhwarna dan aneka ragam. Dimensi humanisme seolah menandakan bahwa alammenginduksi manusia untuk memanjakan diri, tenggelam dalam euforia yangditandai dengan proyek imajiner seperti mengambil foto dengan momen istimewa dan mengambil sudut pantai yang dianggap akan mewakili representasi diri dalamimaji fotografi. Di Pantai Tanah Lot ini, ketika memasuki pintu gapura, anda akanmenjumpai sebuah suara muski tradisional gamelan dan nyanyian tradisional menambah lengkap bahwa Tanah adalah humanisme kreatif yang dilengkapihidupnya kebudayaan masyarakat Tanah Lot. Sementara itu teosentrisme adalah gerak yang diisi oleh manusia yang berkehendak untuk memuja, memberi persembahan pada tuhan dan menandai proses komunikatif metafisika orang-orang Bali sekitar Pantai Lot.
Tridimensi gerak Pantai Tanah Lot memberikan makna tersendiri karenatidak berdimensi tunggal sebagaimana kalau menikmati pantai-pantai yang lain diBali. Tridimensi ini menambah aspek kebermaknaan hidup kita saat berkunjung ke Tanah Lot. Pantai Tanah Lot bisa saya sebut sebagai bagian dari wisata religi juga.Selain kita mampu mengambil sisi keindahan pemandangan pantai,gelombang laut, di situ terbangun megah sebuah Pura yang berada di atas batukarang di pinggir pantai. Untuk sampai di Pura ini, perlu untuk menyeberangi air laut. Tidak terlalu masuk ke laut, tetapi jika pasang, kalau kita ingin mengunjungi Pura, maka kita terpaksa sedikit menceburkan diri dan di situ disediakan pegangantali agar penyeberangan kita menjadi aman. Di situ kita disadarkan sakramen danritual umat Hindu menyadarkan bahwa makna pluralisme begitu realistis. Kalausaya memaknai, bahwa perbedaan ritual dan cara-cara beribadah umat Hindu tidak saya pandang sebagai pandangan yang bernada aneh, tetapi menyadarkansaya bahwa ketuhanan adalah budaya dan idealisme yang mengakar dalamkesatuan multikultural. Proyeksi keberagamaan telah ditanam manusia dalamsegala diktum humanisme. Simbol-simbol diciptakan untuk menjadi mediametafora dan dimaknai dalam keragaman konteks kebaikan, keburukan,keselamatan, kematian dan sebagainya.Keistimewaan Pantai Lot dilengkapi dengan mitologi setempat terkaitdengan ular suci (holy snake). Konon ular dengan warna cincin melingkar hitam dan putih. ini menurut pemandu di sana, adalah jenis ular berbisa nomer ketiga dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular kobra dari India, ular derik Australia.Menurut pemandu di sana seseorang yang berniat jahat di Tanah Lot, tiba-tiba ular ini datangmenghampiri pelaku yang ingin berbuat jahat. Ular suci ini menyerang orang-orang yang akan berbuat kerusakan di Tanah Lot. Keganasan ular ini terangkum sebagai juru selamat terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak dan berdiam diriketika berada di pinggir gua batu karang Pantai Lot nan eksotik.Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa memegang ular berbisa inidengan tangan mereka tanpa khawatir serangan balik dari ular ini. Ular ini tidak  bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui oleh pawangnya, anda bisa memegang ular suci ini. Bagi anda yang berniat memegang ini, pawang ular ini meminta uang seikhlasnya, minimal seribu rupiah sebagai buah dari keinginan kita memegangular ini. Hingga hari ini ular suci tanah lot belum pernah menyerang para pengunjung yang ingin menyentuhnya, padahal ular ini dikategorikan sebagai jenis ular berbisa nomer tiga di dunia.
 Kepercayaan lain yang menambah unsur mitologis terhadap ular suciadalah dengan menyentuh dan mengelus-elusnya, sembari itu anda dapat berdoaagar keinginan dan permohonan yang selama ini belum terkabul atau punya hajat tertentu terkait cita-cita anda. Sebuah kisah, tergantung anda percaya atau tidak,tetapi menurut Made, itulah kenyataannya. Suatu kisah, ada seorang guru dariYogyakarta yang sudah lama tidak mempunyai anak, ketika datang di Tanah Lotdan mengelus ular ini, dia berdoa untuk segera di karuniai anak, maka dalamwaktu beberapa tahun, guru ini pada akhirnya dikaruniani seorang anak.Selain itu, jika ada tanda-tanda alam atau bencana, ular laut ini menjadi pertanda dan isyarat bagi masyarakat Tanah Lot. Tanda yang dapat dikenaliadalah jika masyarakat setempat melihat ada ratu atau raja ular laut yang muncul, biasanya berwarna merah, maka kemunculan ratu ular laut ini menjadi pertanda bahwa bencana telah datang. Bagi masyarakat sekitar, mereka akan berdoa  memberi persembahan kepada dewa-dewa agar diberi keselamatan.Cerita ini menambah auro mitologis semakin menguat dan semakin membuktikan kesucianyang melegitimasi sebutan holy snake. Kepercayaan lain yang berkembang di Tanah Lot, yakni jika anda berkunjung di pantai ini, ada dapat meminta air keramat yang diyakini bias menambah wajah anda awet muda. Anda bisa mengambil secukupnya, buat untuk mencuci muka anda, dan setelah itu menurut informasi dari bapak Made, setelahsampai di rumah, silahkan melihat wajah anda di cermin, niscaya perubahan wajah anda bisa saja kulit wajah anda akan nampak seperti kulit bayi, mulus,hilang kerutnya dan terpancar kembali muda.Begitulah, eksotisme pantai Lot berdinamika dengan akar-akar mitologis yang menandai munculnya makna-makna kearifan lokal masyarakat di Tanah Lot. (Made Wija, 20/10/2011).

3.4 Pengelolaan Daya Tarik Wisata Tanah Lot
Daya Tarik Wisata Tanah Lot terletak di Desa Beraban, KecamatanKediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Obyek wisata yang popular ini sangat dikenal dikalangan wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan keindahan alam pantai laut selatan, dengan suasana sunset, tebing-tebing dan keberadaan situsPura Luhur Tanah Lot yang dilengkapi oleh atraksi budaya masyarakat HinduBali, mampu menyedot tidak kurang dari 1.7 juta wisatawan di tahun 2009 yanglalu. Dan saat ini Daya Tarik Wisata Tanah Lot ini sudah dikelola oleh sebuah manajemen yang berbasis professional di bawah suatu badan yang disebut dengan nama “Badan Pengelola Obyek Wisata Tanah Lot. Awalnya keberadaan Daya Tarik wisata ini bermula dengan adanyasebuah Pura yaitu Pura Tanah Lot yang unik; berdiri di atas sebongkah batukarang yang berada ditengah laut.Tanah Lot adalah sebuah Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK), yangawalnya sudah dikenal sebagai obyek wisata dari tahun 1970-an. Cuma pada saat itu infrastruktur penunjang yang sangat minim dan hanya dikunjungi olehwisatawan lokal pada hari-hari libur lokal seperti hari liburan sekolah, hari rayaGalungan, Kuningan atau pada saat upacara di Pura Tanah Lot. Para pengunjung tidak saja berkunjung pada saat-saat liburan tetapi sudah rutin setiap hari terutama pada sore hari. Mengantisipasi Perkembangan ini Pemerintah Kabupaten Tabanan padaTahun 1980 mempercayakan pengelolaan Tanah Lot kepada pihak Swasta, yaituCV. Ary Jasa Wisata dengan sistem kontrak. Pengelolaan ini dimulai per 1 juni1980 dengan harga tiket masuk pada saat itu Rp 100 per orang, dengan target pemasukan ke Pemerintah Daerah 3 Juta rupiah pertahun. Sistem kontrak ini terus berlangsung dengan mengalami perubahan target pencapaian pendapatan seiring peningkatan angka kunjungan dan peningkatan harga tiket masuk pada daya tarik wisata Tanah Lot. Situasi ini berlangsung sampai saat ketika pada awal tahun2000, di ketahui bahwa kewajiban pihak swasta/nilai kontrak kepada Pemerintah kabupaten Tabanan pertahun menjadi Rp 380 juta pertahun. Dan pada saat itu harga tiket masuk sudah Rp 3300/orang dewasa dan Rp 1800/orang untuk anak-anak.Pada tahun 1999 dengan bergulirnya wacana otonomi daerah, masyarakat Beraban mencoba berjuang untuk bisa mengelola Daya Tarik Wisata Tanah Lot.Meski sebenarnya keinginan masyarakat ini bukan hal yang baru. Tetapi memangkarena situasi kepemerintahan dan resim pada saat itu merupakan halangan terbesar bagi masyarakat Desa Beraban untuk mengambil alih pengelolaan.Sehingga dengan memanfaatkan moment otonomi daerah dan perubahan situasi politik pada saat itu masyarakat Beraban mencoba maju dan menawarkan sebuahkonsep pengelolaan Daya Tarik Wisata Tanah Lot yang baru. Situasi pada saatmasa perjuangan masyarakat Desa Beraban ini, memang menciptakan situasi yangcukup panas dilapangan, dan apalagi saat itu masyarakat baru tahu bahwa perpanjangan kontrak pemerintah dengan Pihak Swasta baru saja diperpanjang sampai tahun 2011 tanpa sepengetahuan pihak Desa Adat Beraban. Situasi inimembuat situasi dimasyarakat cukup panas dan akhirnya dengan menggunakan jalur kekuatan politik dan masyarakat, akhirnya di Legislatif dibentuklahPANSUS Pengkajian Kontrak Kerja Sama Pengelolaan Daya Tarik Wisata TanahLot antara pemerintah dengan Pihak swasta. Dari perjuangan masyarakat ini akhirnya terjadi kesepakatan win-winsolution; yaitu bahwa Daya Tarik Wisata Tanah Lot dikelola oleh ketiga unsur itu. ( IWayan Artawa, Kamis/20/10/2011).

Rabu, 06 Juni 2012

Promosi layanan jasa wisata Pura Taman ayun, mengwi, badung.

Bagi wisatawan yang ingin menginap di sekitar kawasan wisata ini terdapat banyak penginapan dengan berbagai tipe. Mulai dari wisma, hotel kelas melati, hingga hotel berbintang. Warung makanan kecil dan restoran juga sangat mudah dijumpai. Menu yang ditawarkan bervariasi dengan harga yang terjangkau.untuk transportasi wisatawan bisa menggunakan layanan jasa travel, taxi dan mobil pribadi. Untuk hotel wisatawan bisa menginap di Nirwana hotel ynag terletak di jln raya Tanah lot, kediri tabanan.

Bali Tour Murah – Wisata Ke Pura Taman Ayun Mengwi

Berwisata ke pura Taman Ayun kami masukkan dalam jadwal Bali tour murah kami di paket tour di Bali 5 hari. Jika anda ingin mengujungi pura Taman Ayun tanpa harus membeli paket tour murah, kami sarankan anda menggunakan jasa Bali sewa mobil murah kami, baik dengan supir atau tanpa supir.

Promosi tentang daerah tujuan wisata di Mengwi (Pura Taman Ayun), Badung Bali

Pura Taman Ayun

Pura taman Ayun ini terletak di Desa Mengwi sekitar 18 kilometer barat laut kota Denpasar dan merupakan salah satu dari pura-pura yang terindah di Bali. Halaman pura ditata sedemikian indah dan dikelilingi kolam ikan yang dibangun tahun 1634 oleh Raja.Mengwi saat itu I Gusti Agung Anom. Dihiasi oleh meru - meru yang menjulang tinggi dan megah diperuntukkan baik bagi leluhur kerajaan maupun bagi para Dewa yang bestana di Pura-pura lain di Bali.
Pura Taman Ayun adalah Pura lbu (Paibon) bagi kerajaan Mengwi. Setiap 210 hari tepatnya setiap "Selasa Kliwon Medangsia" (Menurut perhitungan tahun Saka) segenap masyarakat Mengwi merayakan piodalan selama beberapa hari memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.
Kompleks Pura dibagi menjadi 4 halaman yang berbeda, yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Halaman Pertama disebut dengan Jaba yang bisa dicapai hanya dengan melewati satu-satunya jembatan kolam dan Pintu gerbang. Begitu masuk di sana ada tugu kecil untuk menjaga pintu masuk dan di sebelah kanannya terdapat bangunan luas (wantilan) dimana sering diadakan sabungan ayam saat ada upacara.
Di halaman ini, juga terdapat tugu air mancur yang mengarah ke 9 arah mata angin. Sambil menuju ke halaman berikutnya, di sebelah kanan jalan terdapat sebuah komplek pura kecil dengan nama Pura Luhuring Purnama.
Areal ke tiga atau Halaman ke dua, posisinya lebih tinggi dari halaman pertama untuk masuk ke halaman ini, pengunjung harus melewati pintu gerbang kedua. Begitu masuk, pandangan akan tertuju pada sebuah bangunan Aling-aling "Bale Pengubengan" yang dihiasi dengan relief menggambarkan "Dewata Nawa Sanga", (9 Dewa penjaga arah mata angin).
Di sebelah timur halaman ini ada satu Pura kecil disebut Pura Dalem Bekak, sedangkan di pojok sebelah barat terdapat sebuah Balai Kulkul menjulang tinggi.
Areal ke empat atau halaman terakhir adalah yang tertinggi dan yang paling suci. Pintu gelung yang paling tengah akan dibuka di saat ada upacara, tempat ke luar masuknya arca dan peralatan upacara lainnya. Sedangkan Gerbang yang di kiri kananya adalah untuk keluar masuk kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Halaman ini terdapat beberapa meru menjulang tinggi dengan berbagai ukuran dan bentuk. Tiga halaman dari Pura ini melambangkan tiga tingkat kosmologi dunia, dari yg paling bawah adalah tempat / dunianya manusia, ke tingkat yang lebih suci yaitu tempat bersemayamnya para dewata, serta yang terakhir melambangkan Sorga tempat berstananya Tuhan Yang Maha Esa. Seperti dikisahkan dalam cerita kuno Adhiparwa , keseluruhan kompleks pura menggambarkan Gunung Mahameru yang mengapung di tengah lautan susu.
Pura ini hancur karena gempa bumi hebat yang terjadi pada tahun 1917 dan tidak sempat dipugar hingga tahun 1950. Candi bentar dan tugu yang tingginya mencapai 16 meter di halaman bagian dalam Pura tersebut dibangun sesuai arsitektur Jawa, sedangkan candi yg kecil berupa tempat duduk dari batu berjumlah 64 buah merupakan tugu leluhur jaman megalitikum untuk mengenang para ksatria yang gugur dalam perang.